Gerakan Transformasi Ekologis yang Menginspirasi

Oleh : Eman Sukmana, S.H.I., M.Han., M.Par., CHE.
(Politeknik Negeri Samarinda)

Kesempatan emas dapat mengikuti sebuah forum yang menginspirasi kesadaran lingkungan, yaitu Shortcourse Certified of Environmental Management Leadership (C.EML) Batch 4 oleh Asosiasi Peneliti Studi Kalimantan (APSK). Bagaimana tidak pertemuan pertama saja sudah diperkenalkan dengan sosok yang luar biasa, peraih penghargaan Kalpataru di level daerah dan nasional. Beliau adalah Pak Misman, seorang penggagas dan founder Sekolah Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Jauh di atas penghargaan yang beliau peroleh, ada kesadaran dan tanggung jawab yang direalisasikan menjadi gerakan restorisasi di sepanjang kawasan Sungai Karang Mumus yang awalnya hanya menjadi “comberan” limbah domestik masyarakat ibu kota provinsi yang terpilih menjadi daerah ibu kota negara yang baru. Di sepanjang tepian Sungai Karang Mumus yang dulu suram, kini terhampar pemandangan penuh harapan.

Di sepanjang menit diskusi, saya melihat Pak Misman selalu mencoba untuk menawarkan sebuah pendekatan untuk merestorasi sekaligus mengonservasi kawasan Sungai Karang Mumus, melalui kesadaran lingkungan sebagai inti kehidupan manusia, pemberdayaan masyarakat sekitar, dan edukasi pelajar termasuk mahasiswa. Pendekatan ini terlihat seperti kolaborasi yang sedang dibangun untuk menemukan model keberlanjutan estafet gerakan ini agar tidak terlupakan oleh gaya hidup manusia yang abai terhadap lingkungan.

Pak Misman selalu menekan tentang perbedaan yang menonjol antara human centris dan environment centris yang akan menghasilkan dampak dan konsekuensi yang berbeda dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, memusatkan perhatian pada lingkungan sebagai inti kehidupan manusia akan memberikan peluang keberlanjutan ekosistem yang bermanfaat tanpa harus mengorbankan kebutuhan hidup manusia. Sebaliknya, jika manusia yang dijadikan sebagai pusat kehidupan, maka bisa jadi lingkungan dan ekosistem di sekitarnya akan dikorbankan. Karena keinginan akan lebih besar dari kebutuhan, sebagaimana menjamurnya fenomena tambang-tambang ilegal di Kalimantan Timur yang meninggalkan lubang kehancuran.

Beberapa catatan penting yang disampaikan oleh Pak Misman, yaitu :

Di jantung Kalimantan Timur, Sungai Karang Mumus perlahan namun pasti bangkit dari keterpurukan, berkat pendekatan restorasi setidaknya tiga pilar yang menyatukan ekosistem, daur ulang, dan pemurnian air dalam satu tarikan napas yang digagas oleh Pak Misman dan Sekolah Sungainya. Pilar pertama, pemulihan ekosistem, bukan sekadar menanam pohon, melainkan menyulam kembali seluruh jaring kehidupan yang pernah terkoyak. Bayangkan ketika akar-akar pohon bungur yang kokoh merangkul tanah tepian sungai, mencegah erosi sambil menjadi rumah bagi mikroorganisme, kemudian daun-daun rengas yang rimbun menaungi permukaan air, mengatur suhu dan menjadi dapur bagi serangga air, serta ikan-ikan lokal yang mulai kembali, berenang di antara vegetasi air yang pulih, menyempurnakan siklus nutrisi yang sempat terputus. Setiap elemen dirancang saling mendukung, menciptakan simfoni ekologis dimana burung pemakan ikan, katak penjaga kualitas air, dan bakteri pengurai bekerja sama dalam keseimbangan yang rapih.

Pilar kedua menghadirkan solusi cerdas untuk masalah sampah melalui daur ulang, seperti ecobrick – sebuah alih wujud kreatif dari ancaman menjadi peluang. Plastik-plastik yang dulu mengotori sungai kini dijinakkan, dipadatkan, dan didaur ulang menjadi produk-produk yang ramah lingkungan. Pilar ketiga, pemurnian air, mengandalkan kecerdasan alam sendiri yang diperkuat dengan sentuhan teknologi tepat guna. Sistem penyaringan alami dibangun berlapis-lapis, mulai dari zona tanaman penyaring seperti eceng gondok yang menyerap logam berat, hingga bukit-bukit kecil dari batu vulkanik yang menjadi rumah bagi bakteri pengurai. Di titik tertentu, instalasi sederhana menggunakan arang aktif dan ijuk bekerja menyaring air sebelum kembali ke sungai.

Ketiga pilar ini saling bertaut seperti anyaman bambu yang semakin kuat karena saling mendukung. Upaya daur ulang akan mengurangi beban pencemaran, memberi ruang bagi ekosistem pulih, sehingga ekosistem yang sehat menyediakan lingkungan ideal bagi sistem pemurnian air bekerja optimal. Sementara air yang semakin bersih memungkinkan kehidupan akuatik berkembang, menyempurnakan rantai makanan. Ini bukan sekadar proyek lingkungan, melainkan revolusi cara pandang bahwa sungai bukan tempat pembuangan, tetapi pusat kehidupan yang layak dapat perhatian, kasih sayang, dan dedikasi dari seluruh elemen masyarakat.

Aktivitas ini bukan sekadar proyek lingkungan biasa. Ini adalah gerakan transformasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat – dari aktivis, akademisi, masyarakat, dan seharusnya juga pemerintah. Setiap tangan yang terlibat, setiap tetes keringat yang jatuh, dan setiap senyum yang mengembang, semuanya berkontribusi dalam menuliskan babak baru bagi Sungai Karang Mumus. Perlahan tapi pasti, sungai yang dulu sekarat ini mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan baru, menjadi bukti nyata bahwa ketika manusia dan alam bekerja sama, keajaiban bisa terjadi tidak hanya di Sungai Karang Mumus, tapi pendekatan ini mungkin dapat diaplikasikan di wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Leave a Comment