Konservasi Vs. Urbanisasi: Konservator Alam Melihat Persimpangan IKN

Penulis :
Eman Sukmana, S.H.I., M.Han., M.Par., CHE. (Dosen Politeknik Negeri Samarinda)

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai pusat pemerintahan baru Indonesia tidak hanya menjadi simbol kemajuan, tetapi juga ujian bagi komitmen negara dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam. Bagi para pegiat konservasi seperti Brian Martin dari Yayasan Ulin Samarinda, IKN bukanlah sesuatu yang harus ditolak mentah-mentat, melainkan sebuah proyek yang harus dibangun dengan prinsip berkelanjutan dan berstandar lingkungan. Narasumber menekankan dengan tegas poin-poin penting komitmen pemerintah dalam pembangunan IKN, diantaranya:

  1. Dukungan dengan Syarat: Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Yayasan dan organisasi komunitas masyarakat tidak menentang kehadiran IKN, asalkan pembangunannya mematuhi prinsip-prinsip ramah lingkungan. Mereka menekankan pentingnya penerapan kebijakan pembangunan berkelanjutan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, serta perlindungan terhadap kawasan hutan dan keanekaragaman hayati. Tanpa komitmen kuat terhadap standar lingkungan, IKN justru berisiko menjadi ancaman baru bagi ekosistem Kalimantan yang sudah rentan.

  1. Koridor Fauna Endemik: Menjaga Jejak Migrasi Satwa Liar

Salah satu poin kritis yang harus diperhatikan dalam pembangunan IKN adalah perlindungan terhadap fauna endemik Kalimantan, seperti orangutan, bekantan, dan beruang madu. Sesuai dengan yang termaktub di dalam dokumen Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2025-2045, koridor satwa harus menjadi prioritas untuk memastikan hewan-hewan tersebut tetap dapat bermigrasi mencari makanan dan menghindari fragmentasi habitat. Tanpa koridor yang memadai, urbanisasi akan memutus rantai ekologis dan mempercepat kepunahan spesies langka.

  1. Identifikasi Kawasan Hutan: Mitigasi Dampak Ekologis

Sebelum pembangunan masif dilakukan, perlu upaya serius untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kawasan hutan di sekitar IKN. Pemetaan ini penting untuk menentukan zona-zona yang boleh dikembangkan dan area yang harus dilindungi. Dengan begitu, dampak negatif terhadap lingkungan, seperti deforestasi, erosi, dan hilangnya keanekaragaman hayati, dapat diminimalisir. Pendekatan berbasis sains harus menjadi landasan setiap keputusan pembangunan.

  1. Gerakan Generasi Muda: Edukasi dan Aksi Nyata

Selain kebijakan struktural, peran generasi muda dalam konservasi lingkungan juga krusial. Gerakan-gerakan kreatif seperti lomba fotografi alam, videografi dokumenter, atau kampanye digital bisa menjadi sarana edukasi yang efektif. Dengan melibatkan anak muda dalam event berwawasan lingkungan, kesadaran akan pentingnya konservasi akan tumbuh, sekaligus menciptakan tekanan sosial agar pembangunan IKN tetap mempertimbangkan aspek ekologi.

Oleh karena itu, pembangunan IKN tidak harus menjadi pertarungan antara konservasi dan urbanisasi. Keduanya bisa berjalan beriringan jika ada komitmen kuat untuk memadukan kemajuan infrastruktur dengan perlindungan lingkungan. Para konservator tidak anti-pembangunan, tetapi mereka ingin memastikan bahwa kemajuan itu tidak mengorbankan masa depan alam dan keanekaragaman hayati Indonesia.

Leave a Comment